Categories
Bisnis

Penghimpunan Dana dari Rights Issue Sentuh Rp 3,08 Triliun hingga 26 Januari 2024

bachkim24h.com, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat empat emiten menerbitkan obligasi Rp 3,08 triliun per 26 Januari 2024.

Direktur Penilai BEI I Gede Nyoman Yetman mengatakan, masih ada 24 perusahaan yang terdaftar dalam pipeline. Dari 24 emiten tersebut, sebagian besar berasal dari siklus konsumen yang mencapai delapan perusahaan. Disusul sektor keuangan sebanyak lima perusahaan dan perusahaan non-rantai serta empat perusahaan.

Kemudian dari sektor bahan baku, infrastruktur serta transportasi dan logistik masing-masing perusahaan.

Selain itu, BEI mencatat delapan emisi dari tujuh emiten dan surat berharga sukuk (EBUS). Total dana yang terkumpul sebesar Rp 6,4 triliun.

“Hingga 26 Januari 2024, akan ada 15 emisi dari 10 penerbit EBUS saat ini yang sedang dalam pipeline,” tulis Nyoman, Minggu (28/1/2024):

Berikut pembagiannya berdasarkan sektor: 1 perusahaan dari sektor bahan baku, 3 perusahaan dari sektor energi, 3 perusahaan dari sektor keuangan, 1 satu perusahaan dari sektor pelayanan kesehatan, satu perusahaan dari sektor industri, satu perusahaan dari sektor infrastruktur.

Hingga 26 Januari 2024, terdapat delapan perusahaan yang tercatat di BEI dengan perolehan dana Rp 1,36 triliun. “Saat ini terdapat 27 perusahaan yang tergabung dalam jaringan distribusi BEI,” kata Nyoman.

Lihat klasifikasi aset perusahaan pipa saat ini, mengacu pada POJK No. 53/POJK.04/2017 sekitar 19 perusahaan menengah dengan aset senilai Rp50 miliar-Rp250 miliar. Enam perusahaan besar mempunyai aset di atas Rp 250 miliar dan dua perusahaan kecil memiliki aset kurang dari Rp 50 miliar.

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 62 saham baru akan dicatatkan melalui penawaran umum perdana (IPO). Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.

“Kalau bicara IPO tahun depan, 61 atau 62,” kata Iman Rachman, Direktur Utama BEI, Senin (1/1/2024).

Hingga akhir tahun 2023, langkah tersebut mencakup setidaknya setengah dari target IPO yang sedang direncanakan, yaitu 30 perusahaan. Sesuai POJK No. 53/POJK.04/2017, terdapat sembilan perusahaan dengan aset besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian terdapat 19 perusahaan dengan rata-rata aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset kecil di bawah Rp 50 miliar. Sedangkan rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 perusahaan dari Basic Materials

6 perusahaan dari Cyclo Consumption

4 perusahaan dari sektor konsumen non-siklus

• 2 perusahaan dari sektor energi

• 0 perusahaan dari sektor keuangan

• 0 perusahaan dari sektor kesehatan

• 5 perusahaan dari industri

• 3 perusahaan dari sektor infrastruktur

• 1 perusahaan dari Real Estate & Real Estate

• 5 perusahaan dari sektor teknologi

• 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Secara umum, pasar bursa bertujuan untuk mencatatkan efek baru, termasuk ekuitas, obligasi, dan surat berharga (EBUS), serta 230 right listing issue pada tahun 2024.

Target tersebut merupakan peningkatan dari revisi target tahun ini sebanyak 200 tembakan, namun turun signifikan dibandingkan akhir tahun lalu menjadi 385 tembakan pada 27 Desember 2023.

Selain itu, BEI menargetkan rata-rata biaya operasional harian (RNTH) sebesar $12,25 triliun dan menambah 2 juta investor baru. Tahun depan, bursa juga akan meluncurkan Single Stock Futures Investment (SSF) pada kuartal I 2024.

Diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan prestasi gemilang sepanjang tahun 2023. Salah satunya, bursa saham mencatatkan IPO terbesar keenam di dunia dengan 79 emiten baru.

“Dari jumlah IPO di Indonesia tahun 2023, terdapat 79 atau 6% dari total IPO global, yang merupakan terbesar keenam di dunia,” kata Direktur BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta. 30/12/2023).

Secara global, akan ada 1.298 IPO pada tahun 2023. Posisi Indonesia lebih rendah dibandingkan Bursa Efek Tokyo yang berjumlah 86 IPO atau 7 persen dari IPO global.

Urutan pertama adalah Bursa India dengan 220 IPO atau 17% dari total IPO, kemudian Shenzhen dengan 129 IPO atau 10% dari total IPO. Kemudian peringkat ketiga ada di pasar saham AS dengan 105 IPO. Atau 8% dari total IPO global dan Shanghai sebanyak 86 IPO atau 8% dari total IPO global.

Sementara dari sisi dana yang dihimpun melalui penawaran umum perdana (IPO), Indonesia menempati peringkat kesembilan dengan perolehan $3,6 miliar. Keberhasilan ini setara dengan 3% dari total dana yang diperoleh dari IPO global yang mencapai $123,3 miliar.

Sepanjang tahun 2023, daftar baru BEI mencakup 79 saham, penerbitan 120 obligasi, 3 saham 3 ETF, 2 EBA-SP dan 182 obligasi terstruktur dengan total modal penggalangan dana Rp 54,14 triliun dan obligasi Rp 126,97 triliun.

Pencatatan 79 saham baru pada tahun 2023. Ini merupakan kinerja tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, tambah Iman.

Jumlah perusahaan yang tercatat di BEI hingga saat ini mencapai 903 penerbit. Jumlah itu meningkat sebesar 9,3 persen. Memegang posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah pasar saham Malaysia dengan 990 saham, naik 2,1 persen.