Categories
Kesehatan

Dokter Saraf Sarankan Terapi Ini untuk Mengurangi Kecanduan

bachkim24h.com, JAKARTA – Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Sipto Mangunkusumo dr Winogroho Wiratman menjelaskan penggunaan terapi stimulasi magnetik transkranial (TMS) dapat membantu mengurangi perilaku adiktif. TMS merupakan teknik neurofisiologis non-invasif (tanpa memasukkan alat yang dapat merusak kulit) yang memberikan rangsangan magnetis pada otak.

Tujuannya untuk mempengaruhi aktivitas bagian otak tersebut. Dapat digunakan untuk mengatasi gangguan saraf dan psikis, kata Winogroho dalam diskusi online yang dihadiri dari Jakarta, Minggu (24/3/2024).

Winogroho menjelaskan, terapi TMS sudah diterapkan sejak tahun 1980-an untuk menangani pasien yang menderita depresi. Seiring berkembangnya teknologi kesehatan mental dan teknik pengobatan, terapi TMS juga digunakan untuk mendukung pengobatan kecanduan perilaku.

Meski dapat mengurangi kecanduan, namun terapi TMS merupakan pengobatan tambahan sehingga masih memerlukan metode pengobatan lain untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, seperti konseling, terapi perilaku, terapi kelompok, serta dukungan keluarga dan lingkungan, kata Winogroho.

“Ada perbaikan nyata pada gejala kecanduan melalui perilaku melalui penggunaan TMS berulang kali dan juga dengan kontrol serta terapi pelengkap lainnya. Oleh karena itu, ini merupakan pengobatan tambahan,” ujarnya.

Perawatan ini dilakukan dengan memberikan rangsangan magnetis pada prefrontal cortex atau otak bagian depan yang berfungsi mengendalikan reaksi dan menghambat perilaku impulsif agar dapat berfungsi lebih aktif. Pasien kecanduan menderita disfungsi pada korteks prefrontal, sehingga sulit menghentikan kecanduan yang dideritanya.

Winogroho mengatakan pengobatan kecanduan TMS aman bagi pasien dan menunjukkan hasil yang baik bila dilakukan berulang kali.

“Hasilnya lebih mudah diukur dan bisa lebih individual berdasarkan dosis kekuatan magnet, dan juga bisa diukur berdasarkan jalur otak yang bisa kita rangsang,” kata Winogroho.

Efek samping dari pengobatan ini adalah pasien akan merasakan demam, penglihatan kabur, mual, mengantuk, mabuk, rasa hangat di kulit kepala, pusing bahkan nyeri sementara. Winogroho menjelaskan, efek samping berlangsung antara 1-30 menit atau hingga satu jam dengan intensitas rendah.